x

Kolase Foto Tempo.com

Iklan

Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Juni 2022

Senin, 20 Mei 2024 09:20 WIB

Penumbra

Panorama cerpen, imaji mengurai sel-sel otak agar tetap sehat walafiat. Tak ada pembaca tak ada seni susastra. Jelajah imajinasi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

DONGENG LANGIT.
Sentir layar terkembang cahaya pembuka.
Musik: Metal symphony adegan berkisah.

Niskala membentuk kalibrasi acak pada nirmana langit bola-bola imajiner nirwana tembus pandang. Cuaca bersahabat tapi agaknya tidak. Matahari ada namun suram. Ruang tak mampu membentuk objektivitas diri. Jika cahaya ada tiada. Hanya tampak temaram. Alam malas berpikir dialogis memberi tanda-tanda sublim.

Catatan kehidupan berkisah amaran suci hati nonplagiat. Sukma bertasbih kewajiban menyirami kesuburan hakikat. Misteri tiruan apokalips eksklusif mencoba menjiplak penciptaan, tidak akan pernah bisa. Pada waktu kemudian isu khianat disebarkan kroni sosok misterius, tenung hipnosis melodrama siang bolong. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Legenda taman hati tak serupa surgawi tak mirip taman eden, sekadar khayali. Muslihat serigala, anasir mencoba keluar dari skema waktu ketentuan. Ulah kroni makhluk anonim duplikasi nonestetis hipokrisi santet. Perseteruan adidaya versus kuasa usaha, misteri makhluk anonim alih rupa menjadi ratu kalibut.

Alih-alih satria sejati suci hati apakah serupa deklarasi kaum raksasa menyatakan hal persis pula. Mencoba menepis keseimbangan siklus waktu, kumparan kompleksitas watak kehidupan tak pernah memukau kesempurnaan. Selisih syak wasangka menyuburkan rekayasa konflik kamuflase eskalasi salah pandang, heboh.

Meninggi virus flu ekosistem ulah kroni anonim berkelamin ganda berkembang biak. Jagat raya terkesiap, media mingguan publik mengabarkan kepedihan, kerusakan hutan hingga  lahan produktif efektif, alih fungsi menjadi abstraksi industri kontemporer illegal logging jungkir balik malih rupa serupa cantik berjiwa drakula.

Politikus sejati pemikir natural tak ikut menyuburkan dialektika konflik kamuflase, ia laksana filsuf kebijaksanaan publik, esensial, pakar golongan transendental, autodidak atau akademia, menghadirkan kecerdasan tulus mencipta bening.; Menulis putih atau merah menolak hitam. Apa boleh menjadi kontrol sosial adikuasa.

Tergantung abstraksi cuaca semesta bakal tak terduga. Kalau cuaca buatan tentu tersedia lajur prioritasnya, bisa jadi tetiba materialisme muncul berebutan gelas kosong. Berbeda dengan mengolah energi sukma, esoknya matarantai manfaat mengarungi tujuan menata peradaban serupa menyusun rak buku. 

Berbeda lagi dengan hermafrodit, makhluk dari genus tak bertuan habitat selnya memecah diri terlihat sama, agak sedikit berbeda. Mengubah cuaca menjadi kelam marak, laiknya perang baru selesai membuncah. Histori selintas imaji, bertumbuh kekal susastra berkisah rembulan berbeda tujuan dengan mentari.

Berlanjut immortal aseksual induk makhluk anonim, pengembang kejahatan amoral berliku-liku piawai bernas berkelit, birokrasi santai memulas gincu di cermin zaman. Kisah kurun waktu lampau di ranah kontemporer, serupa meski tak mirip. Kroni kaum anonim tampil adaptif, unsur roh milik mereka unik, horor, kejam bak kesetanan.

Apakah berani melibas kejahatan kaum anonim makhluk sekelas berhala nongol bikin kisruh. Satu-satunya cara menjebak, menggiring kaum anonim ke wilayah super dingin di bumi. Apakah itu akal tertepat melawan biangkerok pertumbuhan kroni roh jahat di sebaliknya mitos ratu adil. Kultus monolog toko kelontong obral besar.

Biang gempa gigantik, terjadi kapanpun dimanapun sesuka pemilik alam raya. Sekalipun dugaan teknis geologis tercanggih mencatat, menyatakan tak bergempa di suatu suaka wilayah tertentu; tergantung seberapa luas bumi tercabik; ihwal bersifat merusak dilarang pemilik semesta sejak awal waktu.

Invasi adidaya anonim menyiarkan saham naik hasil dari illegal logging di atas derita ekosistem pada purnama peradaban musim esoteris. Makhluk anonim bersembunyi di dalamnya, berencana melibas punggung bumi tuntas, dengan cara paling culas sekalipun. Risalah peristiwa dalam kabut misteri, terdata gaib semesta.

Tokoh langka mulia hati sebening jiwa semesta, Uwak Semar, pemilik kekuatan langit senantiasa hadir oleh ketentuan adendum para dewa. Penjaga keseimbangan nurani semesta lestari, dilarang terluka. Kresna berjanji, maksimal menjaga bumi menangkal invasi makhluk anonim termasuk turunan sel-sel kroninya.

Semar, mencoba menasihati satria Pandawa, perang berikutnya wajib batal agar bumi tetap utuh. Kali ini kesabaran Semar, melewati ambang batas bersegera memasuki amuk. Jika keamanan kemanusiaan terganggu kisruh konflik kamuflase, penyebab hilangnya pusaka langit, ulah kroni makhluk anonim berseteru bikin kekacauan.

Semar menggugat, membedol gunung Krakatau. Gonjang-ganjing menimpa seantero alam raya, tautan gelegarnya menghancurkan bumi sejak dari pusat gempa ke titik episentrum. Bumi terbelah luluhlantak. Para satria wajib menyimak risalah nasihat Semar, secara serius jika tak ingin merugi selamanya.

Menyimak gejala amuk Semar, Sengkuni mundur menyusun kekuatan baru bersama Resi Dorna, demi kemenangan Korawa, generasi baru di peperangan lanjutan kelak. Keduanya amat dongkol tertimpa isu mengangkasa; tertuduh pencuri pusaka Kembang Wijayakusuma kekuatan langit kahyangan. 

Kresna, merah saga. Hilangnya pusaka langit, kejahatan tertinggi setara mencuri kekuatan takhta seluruh dewa. Kresna, membidik pusaka panah Cakra, tertuju ke markas makhluk anonim. Amuk harimau terluka lebih mengerikan selaras rudal jelajah mencabik-cabik kemanusiaan syair kepedihan lepasnya langit, ruh dari badan.

Tembang megatruh berkumandang, kehidupan bumi bangkit bersatu dipimpin satria Pandawa, siap menggempur kaum anonim, serentak lepasnya panah Cakra milik Kresna dari busurnya. Kesabaran, sedikit waktu lagi menunggu titah Semar, usai tafakur di padepokan Karang Tumaritis. 

Saat waktu tertepat bumi sejajar bulan plus matahari. Bayang-bayang Semar terus membesar makin gigantik menguasai jagat raya.

"Mister Petruk! Siapkan senjata tercanggih untuk melindungi ayahanda Semar, dari kemungkinan serangan apapun." Perintah Gareng.

"Siap!" Suara Petruk.

"Mister Bagong. Bagaimana?

"Aku siap Reng! Tinggal pencet satu tombol musuh musnah." Suara Bagong.

"Tunggu ayahanda kentut. Langsung tekan tombol. Jelegur! Seluruh pasukan segera maju perang membasmi musuh." Suara Gareng lantang.

"Loh! Gimana sih Reng. Kalau ayahanda kentut tak perlu rudal lagi dong. Kentut beliau mampu mengguncang jagat raya loh." Suara Bagong, mengingatkan.

"Hehehe. Cuma ngetes kamu. Kecerdasanmu jongkok atau tidak. Hehehe. Ternyata lumayan oke banget," sembari ngakak bareng.

Awan menggumpal bergulungan gelegar halilintar menyambar meledak-ledak. Neraka menyala-nyala para iblis ngakak sepuas wataknya. Setara gaib muncul sosok misterius bersujud takzim kepada Uwak Semar. Satria Pandawa geram melihat kehadiran sosok misterius. Siapa dia sesungguhnya; menjadi rahasia Uwak Semar. 

"Hadapkan durjana pengkhianat itu." Sosok misterius menggelandang pengkhianat kehadapan Uwak Semar. 

"Kembalikan pusaka Kembang Wijayakusuma!" Suara Semar menggelegar mengguncang jagat dewa batara disaksikan tetamu dari negara-negara anti invasi.

Serta-merta tubuh pengkhianat itu bergetar hebat dalam genggaman sosok misterius sang sakti di hadapan Uwak Semar. Secara ajaib pengkhianat itu menjadi abu, lantas sirna oleh kutuk dirinya sendiri. Para dewa pemerhati cinta kasih berlega hati. Perang bintang gagal meletus di antara perang bumi tak jua mereda.

Sosok misterius mengajukan ampunan diri kepada Uwak Semar, menghaturkan sembah khusyuk memohon maaf pada seluruh penghuni bumi. Gending alam raya bertalu-talu di kejauhan pertanda semesta memaafkan. Langit cerah perlahan, berkumandang suluk cinta humanis. Uwak Semar, kembali tafakur di Karang Tumaritis.

Hidup teguh beriman. 
Sehat walafiat.
Apakah tidak cukup?

Mencintai boleh. Silakan saja.
Asalkan jangan serakah.

Eling lan waspodo. Gong!

***

Jakarta Indonesiana, Mei 17, 2024.
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.

Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Antumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Antumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu