x

Perang Tak Kasat Mata di Laut China Selatan

Iklan

Aditya Wardhana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 November 2021

Kamis, 30 Mei 2024 15:07 WIB

Konflik Laut China Selatan, ASEAN adalah Kunci

Ekspedisi Laksamana Cheng Ho sampai saat ini merupakan ekspedisi terbesar di dunia dan menunjukkan keunggulan maritim China. Konflik Laut China Selatan dipicu klaim sejarah, potensi perikanan dan sumber daya serta posisi perairan yang strategis untuk pelayaran internasional Indonesia memiliki peran melalui ASEAN untuk menyelesaikan konflik dan menjaga kedaulatan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ketika menempuh gelar master di Universitas Ateneo de Manila, saya menyukai mata kuliah Asian History. Selain saya menggemari topik sejarah, dosen pengajarnya Prof Mendoza sangat menyenangkan. Di pertemuan awal, beliau menyapa saya dengan bahasa Jawa. Ternyata beliau pernah tinggal di Jogja cukup lama untuk belajar dan penelitian. Kuliah tidak saja duduk di kelas tapi Prof Mendoza mengajak kami tur sejarah di sekitar Manila. Awalnya kami mengunjungi Museum Sepatu Imelda Marcos. Ribuan sepatu koleksi wanita terkuat di Filipina tersimpan disini. Prof Mendoza juga mengajak kami ke Museum Nasional Filipina. Sore hari, kami kongkow di daerah Binondo, Pecinan di Manila. 

"Look at the altar (lihat altar itu)," kata Prof. Mendoza sambil menunjuk altar persembahan tak jauh dari tempat duduk kami. Ada yang berbeda dari alter itu. Biasanya altar persembahyangan China berisi patung dewa-dewi seperti Dewi Kwan Im atau dewa yang lain. Tapi altar di dekat warung kopi tempat kita nongkrong diisi patung Bunda Maria lengkap dengan dupa dan aneka persembahan seperti jeruk. Prof Mendoza menjelaskan alter tersbeut contoh kecil bagaimana orang China bisa menyesuaikan diri dengan budaya lain.

Esok harinya di kelas, Prof. Mendoza lebih detail memaparkan bagaimana China sebagai kekuatan ekonomi-politik dan kekuatan budaya mampu mempengaruhi budaya dan kondisi sosial politik di kawasan sekitar China. Namun, menurut kajian sejarah, China sebagai kekuatan politik (dahulu berbentuk kerajaan/dinasti dan sekarang dipimpin Partai Komunis China) tak pernah bertindak ekspansif dan imperialis yaitu tidak pernah menjajah secara fisik di luar teritorinya. Salah satu bukti yang menguatkan adalah Tembok Besar China yang dibangun untuk menahan ekspansi Mongol dari utara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pergulatan China lebih ke internal ketika dinasti datang silih berganti saling berkuasa lalu ditaklukan dinasti berikutnya. Prof Mendoza menyelipkan kritik terhadap kebijakan yang diambil pemerintahan Benigno Aquino III saat itu. Noynoy, panggilan Benigno mengambil sikap konfrontatif terhadap China terkait sengketa di perairan Laut China Selatan. Sebagai tetangga depan rumah, Filipina semestinya bersikap lebih diplomatis sambil terus meningkatkan kerjasama ekonomi. Selama ini, Filipina dinilai terlalu bergantung kepada Amerika Serikat. Hal ini tentu tak lepas dari sejarah bahwa Filipina sebagai jajahan Amerika Serikat sehingga memiliki ikatan yang kuat.

Konflik Laut China Selatan saat ini bisa kita teropong melalui lensa sejarah. Dahulu jaman Dinasti Ming, terkenal dengan ekspedisi yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho. Sejarawan mencatat, ekspedisi laut yang diperintahkan oleh Kaisar Yongle merupakan ekspedisi terbesar sampai saat ini dengan melibatkan ratusan kapal dan ribuan orang. 

Ekspedisi ini tidak bersifat ekspansif tapi lebih menonjolkan aspek diplomatik. Dampak positif ekspedisi Cheng Ho membawa banyak dampak positif bagi China dan dunia luar, antara lain:

  • Hubungan Diplomatik,  menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai kerajaan dan kekaisaran.
  • Perdagangan, membuka jalur perdagangan baru yang menguntungkan bagi ekonomi China di luar jalur sutra yang sebelum telah ada.
  • Pertukaran Budaya, meningkatkan pertukaran budaya dan pengetahuan antara China dan kerajaan lain.
  • Kekuasaan Maritim, menegaskan kekuatan maritim China pada saat itu sebagai yang terkuat di dunia.

Di Nusantara, kedatangan ekspedisi Laksamana Cheng Ho membawa dampak baik dari banyak segi seperti meningkatkan perdagangan berbagai kerajaan di Nusantara, seperti Majapahit, Samudera Pasai, dan Malaka. Ekspedisi Cheng Ho membawa pengaruh budaya China ke Nusantara. Hal ini terlihat dari peninggalan arsitektur, seni, dan bahasa termasuk kuliner. Misalnya, beberapa kelenteng dan bangunan berarsitektur China yang masih ada hingga saat ini diyakini berasal dari masa kunjungan Cheng Ho. Sampai sekarang kita menikmati banyak jenis kuliner yang dipengaruhi ala China. 

Dari rangkaian sejarah itu, Prof. Mendoza tidak yakin jika China benar-benar akan mengambil tindakan ekspansif dan imperialistik terhadap negara-negara yang berdaulat di kawasan Laut China Selatan seperti ke Filipina, Vietnam, Brunei, Malaysia termasuk Indonesia.

Memang tak dapat dipungkiri, ketegangan dan gesekan di kawasan Laut China Selatan kerap terjadi. Negara mana yang tak ngiler ingin menguasai wilayah perairan strategis yang kaya akan sumber daya alam seperti minyak, gas, dan ikan. Kandungan mineral bawah laut juga sangat kaya. Baru-baru saja ditemukan kandungan metana hidrat yang dinilai menjadi sumber energi masa depan. DItambah lagi, perairan Laut China Selatan merupakan jalur pelayaran internasional yang penting, dengan sekitar sepertiga dari total perdagangan maritim dunia melewati perairan ini. China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan berdasarkan peta sembilan garis putus (nine-dash line) yang mencakup sekitar 90% dari perairan tersebut. 

Konflik Indonesia dengan China terpusat pada klaim Laut Natuna. Selain kaya akan sumber daya laut, perairan ini sangat strategis karena merupakan jalur pelayaran penting. Beberapa kali terjadi insiden seperti pada tahun 2016, Kapal pengawas perikanan Hiu 11 tidak bisa menangkap kapal ikan ilegal KM Kway Fey 10078 asal China yang mencuri ikan karena dikawal kapal patroli China. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto menyebut Indonesia terus mewaspadai munculnya konflik terbuka di Laut China Selatan mengingat adanya sejumlah insiden di perairan sengketa itu dalam beberapa tahun terakhir.

Hadi menilai potensi konflik selalu ada karena ada tumpang tindih klaim kepemilikan wilayah di Laut China Selatan, terlebih China memaksakan klaim sepihak atas seluruh wilayah Laut China Selatan yang mengacu pada sejarah (nine-dash lines). “Kita juga mencatat seringnya terjadi insiden di wilayah Laut China Selatan yang apabila tidak dikelola dengan baik akan dapat memicu konflik terbuka,” kata Hadi saat berpidato dalam acara diskusi terkait Laut China Selatan yang digelar Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS) di Jakarta, sebagaimana dilansir ANTARA. 

Lalu apa yang bisa dilakukan Indonesia untuk menjaga kedaulatan sekaligus turut menyelesaikan konflik di Laut China Selatan?

Kuncinya di ASEAN yang memainkan peran penting dalam memfasilitasi resolusi damai dan menjaga stabilitas di Laut Cina Selatan. Namun, peran ini menantang karena ancaman keretakan dan perbedaan kepentingan nasional yang berpotensi memecah belah di antara negara-negara anggota ASEAN sendiri. Ikatan sesama negara ASEAN sejauh ini hanyalah keterikatan geografis. Budaya, kondisi sosial politik dan ekonomi yang begitu beragam di antara negara-negara ASEAN terasa musykil untuk disatukan. 

Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN dapat mengambil inisiatif aktif untuk terlibat dalam penyelesaian konflik. 

Pada masa keketuaan Indonesia di ASEAN pada tahun 2023, inisiatif Indonesia untuk mempercepat proses negosiasi kode etik (code of conduct/COC) di Laut Cina Selatan berhasil disepakati oleh seluruh negara ASEAN dan Cina. Mengutip dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu), COC diharapkan dapat menjadi pedoman perilaku yang mencerminkan norma, prinsip, dan aturan internasional yang sejalan dan mengacu pada hukum internasional, khususnya UNCLOS dengan tujuan untuk mewujudkan Laut Cina Selatan yang stabil, aman, dan damai.

Ikuti tulisan menarik Aditya Wardhana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Antumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Antumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu