x

Kolase Foto Tempo.com/Cerpen Bramacorah

Iklan

Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Juni 2022

Jumat, 31 Mei 2024 14:16 WIB

Bramacorah

Panorama cerpen, imaji mengurai sel-sel otak agar tetap sehat walafiat. Tak ada pembaca tak ada seni susastra. Jelajah imajinasi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

DONGENG LANGIT.
Sentir layar terkembang cahaya pembuka.
Musik: Metal symphony adegan berkisah.

Tak guna kabur jadi hantu petak umpet 
waktu berjalan garuda mematuk gundulmu
di manapun kau berada garuda memburumu 
sampai keliang lahat. 

WARTEG HARI LIBUR SIANG BOLONG.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apakah perlu bertanya pada daun. Mengapa gugur dari reranting lantas kering hancur jadi debu. Asal tanah kembali ke tanah siklus esensi. Masih banyak manusia muliahati mampu membawa dirinya tidak bertindak merugikan bangsa-negaranya, meskipun berada di tengah arena berhala gladiator koruptor. Jreng!

"Kita ini hidup di darat. Tidak di laut lepas kan?"
"Di darat kawan. Kenapa rupanya. Tanyamu aneh."

"Bidak prajuritmu terguling."
"Alamak ini akibat irasional."

"Tinggi kali bahasamu."
"Macam orang hebat di sana itulah kawan." Menutup papan catur.

Berhala korupsi pemicu bocornya anggaran negeri di awan berangin-angin. Korupsi satu kata mati. Tidak dilakukan insan kamil kesayangan Ilahi. Kecuali oleh jenis makhluk tak punya malu di depan publik plus keyakinannya. Disebut koruptor kelas kakap alias triliun, tentunya oknum tersebut berpendidikan keren. Wihh!

Tentu saja mampu lulus jadi koruptor kelas triliun. Ancaman pidana di depan hidung pun tak peduli. Terpenting bagi kriminal koruptor bisa nyolong atas nama jabatannya. Kesadaran aksi oknum koruptor prima spektakuler. Resmi tindak pidana kriminal korupsi tingkat tinggi. Masuk senyum keluar penjara ngakak. 

"Hahaha." Serentak ngakak.
"Koruptor otaknya superwaras." Membuka papan catur.

"Wow! Banget kawan."
"Menyoal anu ini itu plus-plus." Saling berbisik lantas cekikikan.

"Long story during the day kawan. Hahaha." Ngakak serentak. 
"The story behind the scene kawan." Menggeser bidak ke bidang lawan.

"Hukuman kriminal koruptor masih terasa ringan." Memblokir bidak berhadapan.
"Pantasnya hukuman apa kawan." Bidak mundur di balik bidak.

"Urusan pemilik kuasa usaha. Koruptor anti kata kapok."
"Hahaha... Kegilaan tergila."

"Good point kawan."
"Serenade orkestrasi."

"Sometimes yes. Sometimes no." Bidak kebidang lawan diagonal.
"Macam berdendang hehehe." Bidak berhadapan.

"Begitulah kawan."
"Corruption is still strong."

"Truly yes, expressionist painting abstraction hahaha." Ngakak lagi.
"Yes or no, carelessness error. Perlu obat sakit kepala." Keduanya cekikkan.

"Setoran angkot aman. Allright guy's!"
"Macam konser saja hahaha..." Pecah ngakak. Bidak berguguran.

"Negeri di awan berangin-angin, mirip cerita negeri bersalju." 
"Telaah material non-material. Rinci terkaji di balik kelambu." 

"Kisah cinta siang bolong."
"Hahaha kesadaran kurang mesra."

"Itu artinya wajib rajin gosok gigi."
"Kalau bolong no way out lah."

"Di negeri jauh. Hukuman mati untuk koruptor."
"Bisa jadi." Mengulang permainan bidak berhadapan.

"Kasus kriminal korupsi tidak seruwet benang kusut." Bidak ke area lawan.
"Gamblang kali. Oknum jelas. Kejadian perkara jelas." Bidak berhadapan.

"Kriminal korupsi. Kejahatan nalar kesadaran." 
"Mantap. Artinya bukan ujian dari Ilahi." Bidak saling menyerang.

"Opini mantap. Sadar duniawi niat jadi maling." Tumbang lagi satu bidak.
"Bimsalabim! Raib! Hihihi." Menumbangkan bidak lawan

"Wow ajaib!" Menggeser kanan bidaknya.
"Remnya blong kawan." Nyaris terjebak mati langkah.

"Seolah-olah. Lantas gaspol kabur bidakmu."
"Walah! Terperangkap. Macam ini." Menutup dengan bidak

"Serupa tapi berbeda."
"Tetap mirip. Hihihi..." Keduanya cekikikan. 

"Salaman di bawah meja."
"Hahaha." Ngakak serentak.

"Lantas cuci tangan." 
"Menyusul cuci muka." 

"Tunjuk sana. Tunjuk sini. Sistem, salah lagi hahaha." Terpingkal-pingkal. 
"Sistem main tunjuk-tunjukkan. Hore!" Remis.

Ranah politik modern dunia sulit membedakan; koruptor dengan tuyul. Keduanya siluman serupa tapi beda kedudukan fisiknya. Tuyul makhluk siluman jejadian sesat pengikut iblis. Koruptor, jenis makhluk sesat pikir, berani membohongi Ilahi; mencuri hak publik. Pura-pura kesurupan edan-edanan, hiks.
.
"Memburu seekor tuyul. Negeri berangin-angin pelari lemot." 
"Rentan. Tak kuat kejar-kejaran. Hiks!" Bidak bergerak lurus.

"Kriminal korupsi. Bentuk dari neoberhala. Ups!"
"Yes so... Kisah sepanjang zaman. Ups!"

"Serupa bentuk bioteror."
"Bisa jadi. Tergantung ungkapan."

"Semacam film berseri."
"Long story. No ending."

"Hihihi..." Serentak cekikikan saling berbisik.
"Hahaha..." Ngakak bareng. Remis lagi.

Kitab suci semesta memperingatkan.; Dilarang mencuri dalam bentuk apapun dengan alasan apapun. Kriminal koruptor triliun geblek edan-edanan. Molos lewat lubang kunci; sadar plus konsekuen. Berkedudukan tetap sebagai pelaku tindak pidana kriminal korupsi. Mencuri hak publik setara bramacorah. 

"Ehem!"
"Sssst..." Keduanya stop motion. Editing selesai.

***

Jakarta Indonesiana, Mei 31, 2024
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.

Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Antumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Antumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu