x

Ilustrasi skizofrenia Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay

Iklan

Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2022

Minggu, 9 Juni 2024 10:39 WIB

Gejala Skizofrenia, Bipolar, dan Depresi Berakar pada Sisa Virus Kuno dalam DNA Manusia?

Penelitian baru yang dipimpin oleh Kings College London menemukan bahwa ribuan sekuens DNA yang berasal dari infeksi virus purba diekspresikan di otak. Beberapa di antaranya berkontribusi terhadap kerentanan gangguan kejiwaan seperti skizofrenia, gangguan bipolar, dan depresi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sisa-sisa DNA dari virus purba dalam Genom,  terkait dengan peningkatan kerentanan terhadap gangguan kejiwaan. Gangguan yang dimaksud itu seperti skizofrenia, bipolar,  dan depresi. Hal ini menyoroti dampak yang signifikan, yang sebelumnya diremehkan, dari sekuens virus ini terhadap kesehatan otak.

Penelitian baru yang dipimpin oleh King's College London menemukan bahwa ribuan sekuens DNA yang berasal dari infeksi virus purba diekspresikan di otak. Beberapa di antaranya berkontribusi terhadap kerentanan gangguan kejiwaan seperti skizofrenia, gangguan bipolar, dan depresi.

Penelitian yang dipublikasikan di Nature Communications ini didanai oleh National Institute for Health and Care Research (NIHR) Maudsley Biomedical Research Centre dan National Institutes of Health (NIH) Amerika Serikat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekitar 8 persen dari Genom kita terdiri dari sekuens yang disebut Human Endogenous Retroviruses (HERV). Itu merupakan produk dari infeksi virus purba yang terjadi ratusan ribu tahun yang lalu. Sampai saat ini, diasumsikan bahwa virus fosil  ini hanyalah DNA sampah, tanpa fungsi penting dalam tubuh. Namun, berkat kemajuan dalam penelitian Genomik, para ilmuwan kini telah menemukan di mana letak virus-virus fosil ini dalam DNA kita, sehingga memungkinkan kita untuk lebih memahami kapan virus-virus ini diekspresikan dan apa fungsinya.

Wawasan Baru tentang Gangguan Kejiwaan

Dr. Timothy Powell, salah satu penulis senior dalam penelitian ini dan Dosen Senior di Institute of Psychiatry, Psychology & Neuroscience (IoPPN), King's College London, mengatakan, "Penelitian ini menggunakan pendekatan baru dan kuat untuk menilai bagaimana kerentanan genetik terhadap gangguan kejiwaan memberikan efeknya pada ekspresi sekuens virus kuno yang ada dalam genom manusia modern. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa sekuens virus ini mungkin memainkan peran yang lebih penting dalam otak manusia daripada yang diperkirakan sebelumnya, dengan profil ekspresi HERV tertentu yang dikaitkan dengan peningkatan kerentanan untuk beberapa gangguan kejiwaan."

Melansir dari laman scitechdaily.com,  penelitian ini menganalisis data dari studi genetik besar yang melibatkan puluhan ribu orang. Sampel yang diambil mencakup tanpa kondisi kesehatan mental, serta informasi dari sampel otak hasil otopsi dari 800 orang, untuk mengeksplorasi bagaimana variasi DNA yang terkait dengan gangguan kejiwaan mempengaruhi ekspresi HERV.

Meskipun sebagian besar varian risiko genetik yang terkait dengan diagnosis kejiwaan berdampak pada gen dengan fungsi biologis yang sudah diketahui, para peneliti menemukan bahwa beberapa varian risiko genetik secara khusus memengaruhi ekspresi HERV. Para peneliti melaporkan 5 tanda tangan ekspresi HERV yang kuat yang terkait dengan gangguan kejiwaan. Dua HERV yang terkait dengan risiko skizofrenia, satu yang terkait dengan risiko gangguan bipolar dan skizofrenia, dan satu lagi yang terkait dengan risiko depresi.

Implikasi dan Arah Masa Depan

"Kita tahu bahwa gangguan kejiwaan memiliki komponen genetik yang substansial, dengan banyak bagian genom yang secara bertahap berkontribusi terhadap kerentanan. Dalam penelitian ini, kami dapat menyelidiki bagian Genom yang berhubungan dengan HERV, yang mengarah pada identifikasi lima sekuens yang relevan dengan gangguan kejiwaan. Meskipun belum jelas bagaimana HERV ini memengaruhi sel-sel otak sehingga menyebabkan peningkatan risiko ini, temuan kami menunjukkan bahwa regulasi ekspresinya penting untuk fungsi otak," ujar Dr Rodrigo Duarte, penulis pertama dan Peneliti di IoPPN, King's College London.

Sekuens DNA

“Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami fungsi yang tepat dari sebagian besar HERV. Pemahaman yang lebih baik tentang virus-virus kuno ini, dan gen-gen yang diketahui terlibat dalam gangguan kejiwaan, memiliki potensi untuk merevolusi penelitian kesehatan mental dan mengarah pada cara-cara baru untuk mengobati atau mendiagnosis kondisi-kondisi ini," ujar Dr Douglas Nixon, salah satu penulis senior dalam penelitian ini dan peneliti di Feinstein Institutes for Medical Research di Northwell Health, AS. ***

 

Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Antumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Antumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu