x

Ilustrasi Ngopi. Gambar: Gabriel Alva dari Pixabay.com

Iklan

Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2022

Kamis, 20 Juni 2024 09:10 WIB

Kebiasaan Kita Ngopi: Genetik atau Cuma Ikut-ikutan?

Selera ngopi kita diturunkan dari orang tua atau karena lingkungan? Para peneliti menggunakan data genetik serta jumlah konsumsi kopi yang dilaporkan sendiri untuk mengumpulkan studi soal ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Selera kita terhadap kopi diturunkan dari orang tua kita? Ataukah karena lingkungan kita? Para peneliti dari Schulich School of Medicine & Dentistry dan University of California San Diego (UCSD) menggunakan data genetik serta jumlah konsumsi kopi yang dilaporkan sendiri untuk mengumpulkan studi asosiasi genom (GWAS).

Jenis penelitian ini menggunakan data genetik dalam jumlah besar untuk membantu para peneliti mengidentifikasi varian genetik, gen, dan biologi yang terkait dengan penyakit tertentu atau ciri-ciri kesehatan tertentu. Para peneliti membandingkan karakteristik genetik konsumsi kopi dari basis data 23andMe di Amerika Serikat dengan catatan yang lebih besar di Inggris.

"Kami menggunakan data ini untuk mengidentifikasi daerah pada genom yang terkait dengan apakah seseorang lebih atau kurang cenderung mengonsumsi kopi, dan kemudian mengidentifikasi gen dan biologi yang dapat mendasari asupan kopi," kata Hayley Thorpe, peneliti utama dalam penelitian ini dan seorang peneliti pascadoktoral di Western's Schulich Medicine & Dentistry.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh genetik pada konsumsi kopi. Dengan kata lain, varian gen tertentu yang diwarisi dari orang tua mempengaruhi seberapa banyak kopi yang mungkin Anda konsumsi. Penelitian ini dipublikasikan di Neuropsychopharmacology. Studi asosiasi seluruh genom dari 130.153 peserta penelitian 23andMe yang berbasis di Amerika Serikat dibandingkan dengan basis data Biobank Inggris yang serupa dari 334.649 penduduk Inggris.

Perbandingan tersebut menunjukkan adanya hubungan genetik positif yang konsisten antara kopi dan hasil kesehatan yang berbahaya seperti obesitas dan penggunaan obat-obatan terlarang pada kedua populasi. Ini tidak berarti bahwa seseorang yang minum kopi akan menggunakan zat lain atau mengalami obesitas, melainkan bahwa kecenderungan genetik untuk asupan kopi terkait dengan sifat-sifat ini, kata Thorpe.

Temuan ini menjadi lebih rumit ketika melihat kondisi kejiwaan, tulis  neurosciencenews.com.

"Lihatlah genetika kecemasan, misalnya, atau bipolar dan depresi. Dalam kumpulan data 23andMe, mereka cenderung berkorelasi positif secara genetik dengan genetika asupan kopi," kata Thorpe. "Tapi kemudian, di UK Biobank, Anda melihat pola yang berlawanan. Mereka berkorelasi negatif secara genetik. Ini bukan yang kami harapkan."

Para peneliti mencatat perbedaan lain di antara kedua populasi.

"Kami menemukan hubungan positif antara genetika asupan kopi yang diukur di 23andMe dengan gangguan kejiwaan, tetapi hubungan ini cenderung negatif ketika diperiksa di UK Biobank," kata Thorpe.

"Perbedaan ini bisa disebabkan oleh berbagai alasan, seperti pertukaran antara asupan teh dan kopi yang berbeda antara orang-orang di AS dan Inggris."

Meskipun penelitian ini menambah literatur yang ada dan membantu untuk lebih memahami bagaimana kopi dapat berdampak pada kesehatan seseorang, lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami hubungan antara kopi, penggunaan zat lain, dan masalah kesehatan di berbagai lingkungan yang unik, kata Thorpe. ***

Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler