x

Suasana Kota Kolombo, Sri Lanka. Foto: Tangkapan layar Youtube/Polymetter

Iklan

Kifli Jelek

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 5 Juni 2024

Sabtu, 22 Juni 2024 18:49 WIB

Balada Tukang Servis Keliling

Seorang Tukang Service Keliling yang bertahan hidup di Tanah Rantau

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Suara alat–alat tukang dan peralatan bengkel yang saling bertabrakan menjadi hal yang terus terdengar setelah shalat subuh. Peralatan peralatan yang menjadi senjata dalam mencari rejeki. Beragam peralatan usang itu menjadi teman kesehariannya mengelilingi kota tua untuk menawarkan jasa perbaikan peralatan eletronik warga yang sedang bermasalah.

Peralatan yang dia dapat dari beberapa pemberian kerabat dekatnya dulu dan masih menjaganya hingga kini, mungkin peralatan itu sudah berusia lebih dari sepuluh tahun, diliat dari bentuk dan modelnya sudah sangat ketinggalan dengan beberapa diantaranya sudah berkarat bahkan ada peralatan yang sudah tidak sesuai bentuk aslinya atau sudah dimodifikasi sesuai dengan kenyamanannya dalam menggunakan.

Sebelum berangkat untuk menjajakan jasanya, Irwan, nama laki – laki itu, akan memeriksa kondisi motor butunya yang merupakan warisan dari warisan dari ayahnya, membuka tangki motornya dengan mengintip di lubang pengisian bahan bakar untuk memastikan motornya masih memiliki bahan bakar atau setidaknya bisa memastikan berapa jarak yang bisa dia tempuh dengan jumlah bahan bakar yang tersedia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah memastikan kondisi motor bututnya masih dalam keadaan normal dan mampu mengantarnya berkeliling kota tua, dia kemudian akan masuk kembali dalam rumahnya yang berukuran kecil berdinding triplek tipis, beratap seng – seng bekas yang dia peroleh dari reruntuhan bangunan – bangunan yang terdampak bencana, pintunyapun dari seng bekas. Dalam rumahnya dia memeriksa kembali semua peralatan yang sedari tadi dia sudah masukan ke dalam tas gandengan motor yang mempunyai dua sisi, seperti tas – tas tukang antar koran atau tas – tas kutang pos dulu, sekedar untuk memastikan bahwa semua peralatan berada dalam tas. Setelah memastikan semua peralatan sudah siap di dalam tas yang terus menemani jalannya, dia akan mengangkat tas yang mungkin beratnya bisa mencapai tiga puluh kilo untuk ditempatkan di jok motor bagian belakang.

Seingat warga, Irwan adalah seorang perantau dari kota lain yang berjarak ratusan kilo meter ada juga yang meranggapan bahwa Irwan pergi dari kota tempatnya besar setelah istri dan anaknya meninggal karena bencana kebakaran yang menimpah rumahnya dulu. Seorang pemilik lahan berinisiatif memberikan Irwan tumpangan di rumah kebun yang berdinding spanduk dan berlantai tanah, dianggap masih layak untuk ditempati dibanding harus tinggal di jalanan. Dia tinggal sendirian di rumah kebun itu.

Bagi warga Irwan merupakan orang baik yang murah senyum dan rajin beribadah, tidak pernah berbuat onar, mengganggu dan menyusahkan warga, bahkan beberapa warga menganggap kehadiran Irwan di kota itu menjadi berkah tersendiri, apalagi pak irwan selalu membantu warga sekitar untuk memperbaiki peralatan eletronik atau sekedar membantu mereka menjaga kebun walaupun usia Irwan sudah lebih setengah abad, tapi semangatnya untuk terus bekerja dan mencari nafkah serta membantu warga masih sangat tinggi.

Dia akan menarik nafas panjang sebelum motornya melaju meninggalkan rumah. Irwan akan sedikit berdoa sebelum benar – benar beranjak menjajakan jasanya di kota tua ini, dia tidak peduli sedingin apa pagi ini setelah semalam hujan mengguyur dengan lebatnya, dengan motor bututnya dia akan menelusuri jalan becek dan melewati perkebunan warga. Rumahnya terletak di antara perkebunan coklat dan jagung milik warga yang aksesnya hanya dapat dilalui oleh sepeda motor, apalagi setelah hujan jalan menuju rumahnya pasti sangat becek. Setelah melewati perkebunan warga Irwan akan akan berbelok ke kanan melewati tanjakan dan berbelok ke kanan lagi setelah pertigaan, dia akan melewati lapangan yang biasanya digunakan untuk bermain bola, sepeda motornya akan melambat bersamaan dengan suaranya yang setengah teriak menawarkan jasa service peralatan eletronik. “service mesin cuci, AC, kipas angin, TV dan peralatan eletronik lainnya” tertulis jelas d belakang motornya dengan menggunakan potongan triplek bertinta cat warna hitam.

Sudah hampir satu jam dia berkeliling untuk menjajakan jasanya sebelum akhirnya dia berhenti di sebuah kedai kopi tua yang menjadi langganannya, bermodalkan uang lima ribu rupiah dia sudah dapat menikmati segelas kopi hitam dalam gelas bening kecil dan dua potong pisang goreng yang sudah bisa mengganjal perutnya hingga siang nanti.

“Pesan seperti biasa, ya, bu,” kata dia sembari duduk di kursi panjang yang dilapisi tikar plastik, kursi yang terus menjamunya sarapan di pagi hari.

“Pak Irwan sudah ada orderan servis, belum?” tanya sang pemilik kedai sambil meletakan secangkir kopi dan pisang goreng pesannya

Dengan sedikit tersenyum Irwan menjawab, “Baru juga jalan setengah jam, mungkin para penghuni rumah sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarga, jadi belum sempat service peralatan.”

Tak lama berselang seorang bapak–bapak yang masih menggunakan sarung, mungkin habis jalan–jalan subuh setelah shalat menghampirinya.

“Pak Irwan, mesin cuci saya lagi bermasalah, apa pak Irwan bisa ke rumah untuk memperbaiki?”

“Saya liat dulu, ya, pak kerusakannya seperti apa,” kata pak Irwan menjawab.

“Iya, rumah saya setelah koto beras sekitar enam rumah dari sini dengan cat rumah berwarna hijau,” ujar bapak itu.

“iya pak,” dengan cepat Irwan menyeruput kopi hitamnya yang masih hangat dan menyantap pisang gorong yang ada di piring kecil di atas meja.

Setelah kopi dan pisang gorengnya habis, Irwan segera menyalakan motornya untuk kemudian menuju rumah yang tadi disampaikan. Selang beberapa menit Irwan telah sampai di depan rumah Bapak yang tadi membutuhkan jasanya

“Mesin cuci saya ada disamping pak,” kata pemilik rumah sembari mengantarkan Irwan ke tempat mesin cuci dua tabungnya.

Setelah melakukan pengecekan pada mesin cuci.  “Wah, ini yang bermasalah hanya saluran pembuangan yang terhalang, mungkin ada koin atau tumpukan rambut jadi mesin cucinya tidak bisa menampung air,” kata Irwan kepada pemilik rumah sambil membuka baut yang ada dibelakang mesin cuci.

Selang beberapa saat mesin cuci itupu telah selesai untuk diperbaiki

“Total ongkosnya berapa pak Irwan?” tanya pemilik rumah setelah memastikan mesin cuci dua tabungnya tidak lagi bermasalah

“Keikhlasnya bapak saja! Soalnya hanya ada penyumbatan karena uang koin disaluran pembuangannya,” tutur Irwan tersenyum

Tidak lama kemudian bapak itu mengeluarkan uang dua puluh ribu untuk diberikan kepada Irwan “Ini terlalu banyak pak,” kata Irwan sambil menahan tangan Bapak itu

“Ambil saja pak Irwan, kan, seIkhlas saya. Nah, saya Ikhlas dengan ongkos segini.”

“Terima kasih banyak pak, lain kali kalau masih ada barang eletronik yang mau diperbaiki bapak bisa hubungi saja,” kata Irwan dengan memberikan nomor telepon nya kepada Bapak itu.

“Kalau begitu saya pamit dulu pak! Masih mau keliling–keliling dulu,” kata Irwan sambil menggenggam obeng dan segera menuju motornya untuk memasukan kembali obeng itu kedalam tasnya.

Sebelum menarik gas motornya, Irwan berdo’a mengucap syukur atas rejeki pagi itu. Lumayan untuk dapat menyambung hidup satu hari dan sisanya dapat di tabung, gumam Irwan dalam hati sebelum betul – betul meninggalkan rumah itu.

Dulu, dulu saat awal – awal datang di Kota itu pak Irwan bekerja sebagai pemulung pelastik – pelastik bekas minuman dan pengepul kardus – kardus bekas yang dia pungut dari tempat – tempat sampah warga, sebelum akhirnya pemerintah setempat melarang pemulung untuk berkeliaran di kota tersebut dikarenakan banyaknya laporan warga tentang kehilangan sandal ataupun pakaian mereka di pekarangan rumah, walaupun bukan Irwan pelakunya.

Sejak larangan itu Irwan pun mencoba peruntungan baru dengan menjajakan jasa service barang eletronik yang merupakan suatu keahliannya, Irwan dulu adalah siswa salah satu Sekolah Menengah Kejuruan jurusan eletro, sebelum dikeluarkan dari sekolah karena tidak mampu membayar uang sekolah. Seandainya saja Irwan sempat menyelesaikan pendidikannya di jenjang SMK dulu mungkin saat ini Irwan sudah bekerja di perusahaan swasta.

Ikuti tulisan menarik Kifli Jelek lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler