x

Gelang Giok Naga

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 24 Juni 2024 22:48 WIB

Gelang Giok Naga - Simbol Ketegaran Perempuan Tionghoa Sepanjang Abad

Gelang Giok Naga adalah novel yang menggambarkan ketegaran perempuan Tionghoa dalam menghadapi hidup.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Gelang Giok Naga

Penulis: Leny Helena

Tahun Terbit: 2006

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Qanita

Tebal: 316

ISBN: 979-3269-51-0

 

 

Saya setuju dengan ulasan Irfan Hidayatullah yang memaknai novel ini sebagai novel yang penuh simbol. Irfan Hidayatullah menyampaikan bahwa ”Gelang Giok Naga” adalah sebuah novel yang kental dengan simbol-simbol tentang Tionghoa. Dari segi judul, novel ini mengusung simbol yang menggambarkan kekuatan perempuan Tionghoa dalam segala situasi dan dalam segala jaman.

Lenny Helena mengisahkan keperkasaan perempuan-perempuan Tionghoa dalam 3 abad. Kisahnya dimulai dari tahun 1723 dan diakhiri tahun 2001. Semua kisahnya adalah tentang perempuan-perempuan Tionghoa yang berani menghadapi jamannya dan berupaya untuk menang. Kisah-kisah itu dipersatukan dengan sebuah gelang giok naga yang diwariskan turun-temurun. Gelang giok naga bukan saja benda yang diwariskan, tetapi merupakan simbol ketegaran perempuan Tionghoa. Irfan Hidayatullah menyampaikan bahwa gelang adalah simbol keperempuanan. Giok adalah simbol kemewahan dan etnisitas. Sedangkan naga adalah simbol bagi sebuah tradisi, budaya dari sebuah bangsa (Cina).

Pada abad 18, perempuan Cina belum mempunyai posisi yang setara dengan lelaki. Adalah tradisi para kaisar untuk mengambil siapa saja perempuan yang disukainya untuk dijadikan selir. Selir yang sudah tidak disukai akan dibiarkan begitu saja tanpa disentuh lagi oleh sang kaisar. Namun ada kalanya sang selir berjuang sedemikian rupa sehingga ia bisa menguasai sang kaisar. Dengan segala cara, selir-selir tersebut berupaya untuk menjerat kaisar sehingga menjadi yang selalu dirindukan oleh sang kaisar.

Lu Fan adalah salah satu selir yang berhasil memikat Kaisar di jaman Dinasti Ching. Itulah sebabnya Lu Fan diberi julukan oleh sang Kaisar dengan nama Yang Kuei Fei. Yang Kuei Fei adalah seorang selir yang menjadi kekasih Kaisar Ming Huang dari Dinasti Tang. Yang Kuei Fei sangat terkenal karena ia berpendidikan tinggi, mempunyai kemampuan seni dan hanya menggunakan perhiasan dari giok. Lu Fan yang diberi julukan sebagai Yang Kuei Fei oleh Kaisar juga dibuatkan kamar yang semua perabotnya dari batu giok. Dan, Kaisar menghadiahkan gelang giok naga kepada Yang Kuei Fei.

Sayang sekali Yang Kuei Fei harus melarikan diri dari istana karena sang Kaisar terbunuh.

Dalam pelarian tersebut ternyata Yang Kuei Fei hamil dari sang Kaisar. Mengingat bahwa tubuhnya sangat lemah, maka Yang Kuei Fei menyerahkan anak perempuan hasil hubungan dengan Kaisar kepada Kasim Fu, orang yang selama ini menjadi kongsinya dalam menjinakkan Kaisar. Meski sang kasim bukanlah seorang lelaki sejati, namun Yang Kuei Fei menambatkan cintanya kepadanya. Ia yakin sang Kasim akan memelihara anak perempuannya denga baik. Yang Kuei Fei berharap bahwa ia akan bisa berjumpa dengan sang Kasim di kehidupan yang akan datang, sehingga mereka bisa menjalin cinta yang normal.

Kisah melompat ke tahun 1935. Kisah tentang perempuan bernama A Sui dan A Lin. A Sui dinikahkan dengan seorang pemuda yang merantau ke Batavia. Sedangkan A Lin menjadi perempuan penghibur di Batavia. Konon A Sui adalah keturunan dari sang selir karena ia mewarisi gelang giok naga. Kedua perempuan ini mengalami hidup yang tidak mudah. A Sui awalnya nyaman hidup bersama sang suami. Namun kebangkrutan sang suami memaksanya untuk bekerja keras dalam kemiskinan.

Sementara itu A Lin juga awalnya bernasip baik. Ia menjadi nyai seorang Belanda. Namun saat sang suami harus pulang ke Belanda dan membawa dua anak kembarnya. Setelah ditinggal pulang oleh suaminya, A Lin hidup terlunta-lunta. A Lin akhirnya menikah dengan pemuda anak dari juragan emas. Melalui usaha kerasnya, A Lin menjadi seorang pengusaha yang sukses. Sementara suaminya adalah seorang yang malas dan suka bermain perempuan. A Lin menjadi tulang punggung keluarga dengan kerja kerasnya.

Kemiskinan yang dialami oleh A Sui menyebabkan ia menggadaikan gelang giok naga kepada A Lin. Gelang giok naga tersebut tak tertebus. Namun garis nasip membuat gelang giok naga kembali kepada keluarga A Sui. Anak lelaki A Lin yang bernama Bun Kun ternyata mencintai anak perempuan A Sui yang bernama Sui Giok. Anak A Lin dan anak A Sui harus menikah karena Sui Giok sudah terlanjur dihamili. Sui Giok melahirkan anak perempuan yang diberi nama Swanlin. Swanlin adalah anak yang lahir tahun 1976. Swanlin adalah gambaran gadis Tionghoa yang tegar dan berani. Ia digambarkan sebagai anak gadis yang kuat dan mandiri. Ia tak gentar menghadapi kesulitan saat naik gunung. Ia tidak mau bergantung kepada teman-teman lelakinya.

Swanlin terlibat cinta segitiga dengan Iwan dan Ruli. Iwan yang dicintainya ternyata memilih untuk tidak melanjutkan hubungan asmara mereka. Iwan lebih memilih karir politik dan tidak menikahi Swanlin karena Swanlin adalah gadis Tionghoa.

Swanlin akhirnya menikah dengan Ruli. Ruli adalah seorang pemuda Batak. Kedua nenek Swanlin menyetujui pernikahan tersebut karena ingin membahagiakan Swanlin. Swanlin mendapat kado gelang giok naga dari nenek A Lin saat pernikahannya. Swanlinlah yang menjadi pewaris gelang giok naga. Gelang giok naga memang diwariskan dari ibu kepada anak perempuannya. Sayang gelang tersebut hilang.

Pernikahan Ruli dengan Swanlin menghadirkan seorang bayi perempuan. Sayang, Swanlin harus meninggal karena kanker. Saat Swanlin sudah meninggal, Ruli menemukan gelang giok naga dalam sebuah guci yang ditinggalkan oleh nenek A Sui.

Dalam kunjungan ke sebuah musium, anak Swanlin melihat gambar Yang Kuei Fei yang memakai gelang giok naga di tangannya. Si anak merasa bahwa ibunya sangat mirip dengan Yang Kuei Fei. Juga gelang giok naga yang diwarisi dari ibunya, sangat mirip dengan gambar gelang giok naga yang ada di gambar Yang Kuei Fei.

Ketegaran perempuan Tionghoa akan terus berlanjut dari generasi ke generasi. Mereka mewarisi sebuah tradisi keteguhan dalam menghadapi kehidupan. 842

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler