x

Ilustrasi Penataan Arsip, Pixabat.com

Iklan

Abdul Haris

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 Juni 2024

4 hari lalu

Dari Arsip Jurnalistik ke Karya Seni di Pameran Arsip Museum Pers Yogyakarta

Pameran perdana bertajuk ‘Transisi’ ini merupakan hasil kolaborasi yang menyajikan berbagai dokumentasi berita koran Kedaulatan Rakyat dalam bentuk karya seni fotografi, lukisan, linimasa infografis, danseni instalasi berupa majalah dinding. Juga ada dan benda-benda memorabilia milik sejumlah jurnalis KR saat liputan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Yogyakarta - Pertama kali memasuki ruang pameran arsip museum pers mata akan langsung secara tak langsung tertuju pada kamera, alat komunikasi, dan rompi yang merupakan benda-benda memorabilia milik jurnalis Kedaulatan Rakyat Octo Lampito dan Surya Adi Lesmana. Dari catatan tertulis benda-benda itu merupakan saksi dari berbagai peliputan seperti gempa jogja pada tahun 2006 dan meletusnya gunung merapi 2010.

Jika menyusur ke ruang tengah pameran maka terlihat rapi susunan karya seni fotografi, lukisan, linimasa infografis dan seni instalasi berupa majalah dinding. Para pengunjung yang datang tampaknya sangat antusias melihat berbagai karya seni dan tak lupa merekam satu per satu dengan kamera ponselnya.

Satu diantara para pengunjung itu bernama Olive. Ia merupakan merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) yang saat diwawancarai mengaku baru pertama kali mengunjungi pameran museum pers. Ia mengaku mendapat suasana baru ketika masuk ke ruang pameran karena berbeda dari pameran-pameran seni yang ia lihat sebelumnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Oh iya, kebetulan saya tertarik dengan visualisasi pameran ini seperti benda-benda yang dipakai saat meliput dan karya seni lainnya,” ujarnya.

Mahasiswa semester 2 itu berharap dengan adanya pameran ini bisa menambah pengetahuan tentang bagaimana jurnalis melakukan proses meliput berita, mengambil gambar hingga menyusun artikel.

Sementara itu, Tim Kreatif Pameran yakni Febiola Almoest menjelaskan jika pameran arsip museum pers ini merupakan kolaborasi antara komunitasnya Inkuiri dan seniman Anang Saptoto dengan guru besar Ilmu Komunikasi UII, Masduki yang digelar di Perpustakaan Kampus Terpadu UII pada 25 Juni hingga 16 Juli 2024.

“Awalnya kami, tuh. pengin bikin pameran museum pers, soalnya kan belum pernah ada di Jogja. (Jadi) ini yang ingin kita diinisiasi pertama kali. Nah di pameran ini kami mengangkat tema transisi yang menjadi empat topik fokus pameran yaitu revolusi kemerdekaan, peralihan kekuasaan Orde Lama ke Orde Baru, kerusuhan mei 1998, dan pengesahan Undang-undang Keistimewaan”, kata dia.

Ia juga menuturkan apa yang dipamerkan adalah berbagai dokumentasi dari berita koran Kedaulatan Rakyat yang merupakan media tertua di kota yogyakarta.

Pameran Museum Pers merupakan pertama kali di Yogyakarta. Ke depannya akan dipamerkan di Perpustakaan malioboro pada bulan Oktober mendatang. Dan untuk jangka panjang pameran akan diadakan kembali dengan media yang berbeda.

Kedaulatan Rakyat Gambar Yogyakarta Sebagai Miniatur Indonesia

Penggagas kolaborasi, Masduki menilai Kedaulatan Rakyat menggambarkan Yogyakarta sebagai miniatur indonesia sebagai ruang kolektif dalam dinamika politik, bisnis, dan partisipasi warga negara. KR menyuguhkan public good media massa berada pada era konvensional atau versi cetak. Surat kabar ini membuktikan konten-konten yang bagus dalam karya jurnalistik membawa dampak loyalitas dan penguatan merk hingga menjadi media legendaris.

Kurator pameran Anang Saptoto menjelaskan tim menafsir ulang arsip-arsip KR menjadi berbagai karya seni. mulai dari karya infografis pada kanvas berbahan cat akrilik dan pigura kayu. Contohnya karya berjudul Alur Pemikiran Proyek Museum Pers Jogja berukuran 150 x 125 sentimeter secara visual menggambarkan berbagai temuan dari KR berupa ilustrasi dan tulisan.

Pameran ini dibuka oleh Rektor UII, Fathul Wahid bersamaan dengan pengukuhan Masduki sebagai Guru Besar Ilmu Media dan Jurnalisme Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya UII. Masduki juga meluncurkan buku karyanya yang berjudul Negara, Media, dan Jurnalisme Indonesia pasca orde baru yang diterbitkan Kompas Gramedia. Ia juga menjelaskan pameran perdana hasil kolaborasi ini bisa dikembangakan kedepannya.











Ikuti tulisan menarik Abdul Haris lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler