x

Sumber gambar: Bing AI

Iklan

Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki.
Bergabung Sejak: 28 Mei 2022

5 hari lalu

Sang Pendidik yang Memperjuangkan Nilai-nilai Potensi Anak Didik

Jika nilai rapor dibiarkan manipulatif akan menyebabkan anak didik dan orang tua kesulitan menentukan potensi terbesar si anak. Nilai rapor jangan hanya sebatas ajang gengsi dan kebanggaan antar siswa dan orang tua murid saja.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Terkisah seorang guru perempuan muda sekolah menengah atas bernama Monad. Beliau begitu gigih dalam mendidik murid-muridnya, menanamkan nilai-nilai yang seharusnya ditanamkan kepada anak didik.

Monad mengetahui sukses tidaknya ia menanam nilai-nilai pelajaran yang ia berikan, adalah melalui ujian dan ulangan.

Anak-anak selesai mengisi soal ujian, lalu Monad pun memeriksa jawaban secara rinci dari hasil pemikiran anak didiknya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada saat ulangan matematika, ada yang nilai 100, dan ada yang nilai 60. Bagi Monad, siswa yang bernilai 100 berarti Monad berhasil menanamkan nilai-nilai pelajaran matematika yang diharapkannya secara sempurna.

Sementara untuk yang nilai 60, Monad merasa anak didiknya sepertinya kurang menyukai pelajaran matematika, atau entah dari cara mengajarkannya, juga media yang mesti diperhatikan untuk daya serap anak didik, dan lainnya guna sang anak didik menjadi menyukai atau terdorong untuk mempelajari pelajaran matematika, guna nilai yang diharapkan Monad tertanam pada anak didiknya.

Setelah mempelajari setiap nilai ulangan anak didik, Monad dapat mengukur keberhasilannya dalam menanamkan nilai-nilai setiap pelajaran yang ia berikan. 

Potensi anak didik dapat terlihat dari minat belajarnya, dan rasa suka sang anak kepada pelajaran tersebut. Hingga pada akhirnya Monad menilai, walau dalam kasus tertentu ada sang anak semua mata pelajarannya bernilai rendah, bukan berarti sang anak didik malas dan kurang mengerti pelajaran tersebut. Ada kemungkinan sang anak didik tersebut memiliki potensi, selain pelajaran yang diajarkannya.

Dan benarlah dugaan Monad tersebut. Sang anak yang serba kekurangan nilai pelajarannya tersebut, ternyata setelah lulus dengan nilai pas-pas dari SMA, sang anak memiliki potensi lebih dalam ilmu yang seharusnya dipelajari di SMK yang tidak diajarkan di SMA. Mungkin anak tersebut dipaksakan masuk ke SMA, sehingga dalam keadaan terpaksa sang anak didik belajar dengan pelajaran yang kurang ia sukai.

Analisis Monad yang kemudian dibuat pertimbangan kepada dinas pendidikan terkait, membuat sebuah kebijakan mutu pendidikan berbasis nilai yang relevan dengan potensi anak didik.

Kini sang anak didik tidak dibuat gengsi bahkan malu dengan kualitas nilai rapor yang ia miliki. Semua jujur dengan potensi masing-masing. Dengan kejujuran belajar atas dasar minat dan kemampuan, kini para anak didik menjadi belajar lebih mengutamakan kehandalannya untuk daya saing nanti setelah lulus bersekolah.

Angka-angka di rapor tersebut kini tidak lagi manipulatif, namun berdasarkan kualitas potensi anak didik dalam menguasai pelajaran. Namun ... memang dalam berapa kasus di sekolah swasta, guru banyak menghadapi tekanan keinginan orang tua murid, sebab kompleksitas yang tengah terjadi saat ini, terutama soal kesejahteraan guru, sehingga nilai disesuaikan dengan keinginan orang tua murid.

Padahal nilai rapor itu fungsinya sebagai indikator melihat potensi anak didik, apakah anak tersebut unggul di pelajaran matematika kah? Bahasa kah? Ilmu sosial kah? Ilmu alam kah? dan lainnya.

Justru jika nilai rapor dibiarkan manipulatif, hal ini menyebabkan anak didik dan orang tuanya kesulitan untuk menentukan manakah potensi terbesar si anak. Nilai rapor jangan hanya sebatas ajang gengsi dan kebanggaan antar siswa dan orang tua murid saja.

Dalam pandangan Monad, walaupun sang anak kurang menyukai pelajaran yang ia hadapi, tetap saja belajar itu sepanjang hayat, dan sang anak tidak boleh berhenti untuk terus belajar. Itulah yang diperjuangkan Monad kepada murid-muridnya, agar terus belajar, suka mau tidak suka satu pelajaran bukan menjadi masalah.

Rasa ingin tahu yang tinggi, dan kemauan untuk belajar hal yang bermanfaat, adalah nilai yang wajib dimiliki setiap anak didik Monad. Hanya soal waktu kesuksesan anak didiknya diperoleh, sebab apa yang dicita-citakan anak didiknya berbuah hasil sepadan dengan perjuangan untuk terus belajar, dan belajar.

Cimahi, 28 Juni 2024.

 

Ikuti tulisan menarik Indrian Safka Fauzi (Aa Rian) lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Antumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Antumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu