Di rest area
kita temui wajah wajah asing
seperti kendaraan: datang seketika
kemudian hilang entah kemana.
Wajah wajah tak kita kenal,
berlintas bayang sekelibat,
cepat, tak sempat teringat.
Seperti lidah lidah fatamorgana
di atas jalan aspal yang panas:
muncul, memudar, terlupakan.
Begitu pula dengan bunyi bising mesin
dan gelak tawa serta rengek anak kecil,
berpadu dalam simfoni begitu singkat,
seperti burung burung yang bertengger
hanya untuk terbang kembali ke langit.
Tutur sapa tak terucap,
hanya mata bertemu mata
seperti dua lampu mobil bertemu
di malam hari, atas nama isyarat lalu,
bersinar sebentar, tinggal jejak samar.
Mobil mobil kembali melaju,
seperti biasa: membawa cerita
yang tersunyikan untuk dituliskan.
Rest area adalah panggung hampa
di mana kenangan memori terurai,
lenyap kemudian.
Ikuti tulisan menarik Jerpis M. lainnya di sini.