x

Iklan

Yuki Ichico

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 Juni 2024

2 hari lalu

Mitra Bali Fair Trade: Mengenang Usaha dalam Pemberdayaan Pengrajin Lokal di Tengah Pandemi Covid-19

Dunia yang saat ini berada dalam era globalisasi, membuat negara saling bergantung dalam berbagai aspek. Kondisi geopolitik saat ini yang tengah dihadapkan oleh konflik internasional antara Rusia dan Ukraina sejalan dengan adanya globalisasi  menimbulkan resiko geopolitik yang memiliki potensi permasalahan dalam berbagai aspek terkhususnya perekonomian suatu negara, hal ini tidak terkecuali di Indonesia. PT. Mitra Bali Fair Trade sebagai salah satu eksportir terdampak di Indonesia dalam bidang kerajinan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ekspor dan impor merupakan dua kegiatan penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara, yang mana Ekspor menurut Siti Hodijah (2021) berperan penting sebagai sumber devisa negara dengan perekonomian yang terbuka terhadap kerjasama internasional. Hal itu dapat terjadi karena ekspor memungkinkan adanya peningkatan jumlah produksi barang dan jasa, hal tersebut tentu saja berkaitan dengan pasar yang luas tentu saja permintaan akan suplai produk semakin banyak dan bervariasi.  Sedangkan impor dapat juga dikatakan penting karena ada kalanya tidak semua permintaan domestik dapat dipenuhi oleh negara itu sendiri. Indonesia, misalnya, bergantung pada impor beras, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya permintaan yang tinggi akan tetapi produksi dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Selain itu impor juga penting bagi para produsen atau bahkan para eksportir yang kekurangan bahan dalam proses produksinya. Selain itu, ekspor dan impor juga berpengaruh terhadap hasil akhir Produk Domestik Bruto (PDB) negara selain konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

PDB dapat dijadikan tolak ukur pertumbuhan ekonomi yang mana tingkat pertumbuhan ekonomi ini akan dibandingkan dengan negara lain untuk menentukan kuat lemahnya perekonomian suatu negara dalam komunitas internasional seperti G20 dsb. Berdasarkan hal tersebut tentu saja ekspor dan impor tidak dapat dipandang sebelah mata oleh pemerintah, sehingga dukungan untuk memboost peningkatan jumlah ekspor dan minimalisir jumlah impor menjadi hal penting untuk dijadikan konsiderasi dalam perumusan kebijakan, karena baik atau buruknya kebijakan ini tentu pada akhirnya akan berpengaruh pada jumlah eksportir negara, selain itu penting sekali bagi pemerintah untuk melakukan diskusi government to government antara pihak pemerintah Indonesia dengan negara pengimpor untuk mendiskusikan kebijakan yang dapat memberikan kemudahan  bagi eksportir untuk dapat melakukan ekspor.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Adanya Mitra Bali sebagai Eksportir Indonesia

Komoditas ekspor yang ditawarkan oleh Indonesia dalam pasar global tentu beragam, selain bahan pangan, tekstil dan furniture. Indonesia juga melakukan ekspor produk kerajinan lokal dan salah satu eksportir yang akan disorot dalam tulisan ini adalah salah satu perusahaan kerajinan yang berasal dari Bali yakni PT. Mitra Bali Fair Trade. Mitra Bali sendiri merupakan salah satu perusahaan berstandar fair trade oleh World Fair Trade Organization (WFTO) yang didirikan pada tanggal 21 Mei 1993 oleh pasangan Agung Alit dan Hani W. Duarsa. Berdirinya perusahaan ini didasarkan oleh keinginan pendiri untuk mewujudkan kesejahteraan pengrajin lokal.

Bali, yang mana berdasarkan pemaparan Hani W. Duarsa selaku Trading Manager Mitra Bali menyampaikan bahwasannya pengrajin di Bali belum mendapatkan akses pasar untuk memasarkan hasil kerajinannya. Selain itu sekalipun pengrajin mendapatkan agen pemasaran, seringkali agen ini tidak memberikan perlakuan adil dalam proses dagangnya. Misalnya, terjadi pembelian dengan harga murah dari perajin kemudian dijual dengan harga yang lebih mahal di pasar. Hal tersebut ia yakini merupakan bentuk pemiskinan yang akan mendorong pengrajin untuk mencari pinjaman dari pihak lain untuk memenuhi kebutuhan pengrajin dan keluargannya. Sebabnya, penjualan produk kerajinan mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal tersebut membuat yang kaya semakin kaya dan yang miskin menjadi semakin miskin.

Sehingga berangkat dari hal tersebut mendorong kepedulian bagi Agung Alit dan Hani untuk membentuk Mitra Bali yang mana kepedulian ini sejalan dengan prinsip fair trade yang membuat mereka kemudian bergabung ke dalam komunitas fair trade dan juga memperoleh sertifikasi fair trade untuk memberikan kepastian kepada konsumen bahwa Mitra Bali menerapkan prinsip fair trade sesuai dengan standar WFTO. Kerjasama yang terjalin antara Mitra Bali dengan mitra pengrajin tidak hanya sebatas pada kerjasama transaksional saja, akan tetapi Mitra Bali memberikan pelatihan terhadap mita pengrajin seperti pelatihan pembuatan master sample yang akan digunakan sebagai contoh oleh karyawan Mitra Bali ketika akan melakukan quality control terhadap hasil kerajinan yang dikirimkan oleh mitra pengrajin, selain itu Mitra Bali memberikan pelatihan manajemen keuangan untuk pengrajin dengan harapan pengrajin dapat bijak dalam mengelola keuangan mereka melalui pencatatan terhadap kas masuk dan keluar. Melalui kegiatan sosial yang dilakukan Mitra Bali ingin menunjukan apresiasi mereka terhadap mitra pengrajin atas kerja keras yang dilakukan dan disamping itu juga ada harapan supaya mitra pengrajin dapat mencapai kesejahteraan dan tidak terjebak dalam pemikiran dangkal yang dapat memiskinkan mereka.

Tantangan Mitra Bali dalam Berbisnis di tengah Konflik Rusia-Ukraina

Dampak dari adanya konflik antara Rusia dengan Ukraina memberikan tantangan tersendiri terhadap Mitra Bali yang menerapkan prinsip fair trade. Penurunan penjualan tentunya berdampak buruk terhadap perusahaan, sebagaimana perusahaan lain yang akan melakukan pemotongan gaji untuk memangkas pengeluaran perusahaan, Mitra Bali tetap berusaha untuk memberikan gaji dengan jumlah yang tetap sama, bahkan Mitra Bali memberikan sembako untuk karyawan dan mitra pengrajinnya sebagai bentuk kepedulian perusahaan dan pengamalan salah satu prinsip fair trade yakni menyejaterahkan pekerjanya. Selain itu dalam proses transaksi dengan pengrajin, Mitra Bali menerapkan sistem downpayment (dp) 50% yang mana setelah kedua belah pihak yakni perusahaan dengan mitra pengrajin sudah menemukan kesepakatan kerja yakni jumlah pengerjaan, waktu pengerjaan dan harga, maka Mitra Bali akan memberikan pembayaran di awal sebanyak 50% dari harga yang disepakati dan akan dilakukan pembayaran sisa setelah barang selesai dikerjakan. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Mitra Bali dalam mempertahankan prinsip ini, mengingat ditengah konflik jumlah konsumen mengalami penurunan dan masih ada pembayaran lain yang menjadi tanggung jawab perusahaan seperti gaji karyawan, listrik, air dan biaya ekspor. Akan tetapi kondisi ini dikonfirmasi oleh Hani tetap dijalankan dengan berangkat pada prinsipnya untuk memastikan kesejahteraan mitranya.

Kekhawatiran lain yang kemudian menjadi tantangan lain bagi perusahaan, yaitu memastikan adanya pesanan berkelanjutan bagi mitra pengrajinnya, menurunnya minat konsumen di negara importir, membuat importir memutuskan untuk melakukan pengurangan jumlah pemesanan produk, sebagai contoh perusahaan yang mengimpor produk dari Mitra Bali semula memesan 5 jenis produk berbeda, yang mana setiap mitra pengrajin mengerjakan produk yang berbeda, kemudian setelah adanya konflik, importir yang ingin tetap membantu Mitra Bali tetap melakukan pemesanan, akan tetapi jumlah pesanan akan suatu produk dan jenis produk yang dipesan dikurangi, hal ini dapat dimengerti dan tetap disyukuri oleh Mitra Bali, karena importir ingin memprioritaskan pesanan untuk produk dengan demand yang lebih tinggi. Sehingga, dampak dari adanya kejadian ini adalah pengrajin tidak mendapatkan pesanan untuk dikerjakan atau diberikan pilihan lain untuk tetap mengerjakan produk yang dipesan, meskipun pengrajin ini kurang ahli dalam memproduksi produk yang dipesan.

Dampak Konflik Internasional terhadap Kegiatan Dagang Mitra Bali

Konflik antar negara yang terjadi sekarang ini dipandang mempengaruhi perekonomian internasional, Mitra Bali selaku perusahaan yang melakukan ekspor produk memiliki hubungan dagang dengan negara-negara seperti Australia, Amerika, Jerman, Austria, Cekoslovakia, Seoul, Denmark, Jepang, Turki, Kolombia, dan Arab Saudi. Negara-negara seperti halnya Jerman dan Austria yang merupakan bagian dari Uni Eropa menurut Khudaylova (2022) menggantungkan 40% kebutuhan minyak dan gasnya terhadap Rusia. Tingginya angka kebutuhan tersebut disebabkan karena minyak dan gas sangat penting untuk menjalankan roda industri negara seperti alat-alat pabrik untuk kebutuhan produksi. Selain itu minyak dan gas dinilai penting bagi masyarakat terutama menjelang musim dingin, yang mana masyarakat menggunakan pemanas ruangan yang menggunakan gas. Tingginya kebutuhan terhadap minyak dan gas terhadap Rusia yang tengah berkonflik mempengaruhi berkurangnya suplai minyak dan gas untuk memenuhi kebutuhan Uni Eropa,  melalui data European Environment Agency (2023) menyebutkan bahwa terjadi penurunan jumlah konsumsi energi masyarakat sebanyak 1.5% pada tahun 2022 dibandingkan dengan tahun 2021, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan harga yang disebabkan oleh adanya konflik Rusia-Ukraina yang membuat suplai minyak dan gas ekspor berkurang. Melihat seberapa berdampaknya konflik ini terhadap suplai minyak dan gas, tentunya mempengaruhi keputusan konsumen Uni Eropa untuk memprioritaskan dana yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan primer mereka. Keterangan tersebut senada dengang apa yang disampaikan  oleh Hani yang mana konflik ini berpengaruh terhadap penurunan permintaan impor yang dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti halnya resesi di negara importir yang mendorong alokasi dana untuk kebutuhan pokok. Dalam menanggulangi tantangan ini Mitra Bali sudah memikirkan beberapa cara seperti pengurangan volume produk, contohnya gelas kaca yang semula berukuran 1L dikurangi menjadi 0,8L hal ini tentu dilakukan berdasarkan diskusi dengan importir yang mana Mitra Bali sangat mensyukuri importir mengerti kondisi ini dan tetap berusaha untuk mendukung melalui pembelian produk, selain itu komitmen perusahaan  untuk  tetap menjaga kualitas produk tanpa meningkatkan harga produk secara signifikan, mendorong direalisasikannya ide ini. Untuk memberikan penggambaran pengaruh dari konflik antarnegara yang terjadi, berikut disajikan data penjualan periode 2019-2022.

Berdasarkan grafik penjualan PT. Mitra Bali Fair Trade dari tahun 2019-Oktober 2023 terjadi fluktuasi terhadap persentase penjualan yang diperoleh perusahaan, penurunan signifikan terjadi pada periode 2019-2020 sebanyak 80% hal tersebut disebabkan karena dalam periode tersebut sedang maraknya pandemi Covid-19 yang tentu saja membuat seluruh dunia mengalami resesi parah dan tentu saja pada saat itu tidak sedikit badan usaha yang menutup usahanya karena pandemi ini. Kemudian pada periode 2020-2021 dan 2021-2022 terjadi peningkatan kembali yang masing-masing sebanyak 30% dan 70%, hal ini dikarenakan pada periode 2020-2021 dunia sudah mulai pulih dan 2021-2022 dunia sudah sepenuhnya pulih dari pandemi ini sehingga di rentang periode ini masing-masing terjadi peningkatan keuntungan bagi perusahaan. Kemudian masuk pada periode 2022-Oktober 2023 yang mana dalam rentang periode ini sudah mulai terjadi konflik antarnegara seperti Rusia dan Ukraina, hal ini menimbulkan dampak terhadap penurunan keuntungan perusahaan sebanyak 30% dan diproyeksikan oleh perusahaan apabila konflik terus berlanjut, maka keuntungan perusahaan akan semakin menurun sebanyak 10% sampai dengan Desember 2023.

Dunia yang saat ini berada dalam era globalisasi, membuat negara saling bergantung dalam berbagai aspek. Kondisi geopolitik saat ini yang tengah dihadapkan oleh konflik internasional antara Rusia dan Ukraina sejalan dengan adanya globalisasi  menimbulkan resiko geopolitik yang memiliki potensi permasalahan dalam berbagai aspek terkhususnya perekonomian suatu negara, hal ini tidak terkecuali di Indonesia. PT. Mitra Bali Fair Trade sebagai salah satu eksportir terdampak di Indonesia dalam bidang kerajinan, hal ini diperkuat oleh keterangan informan yang menyampaikan bahwa adanya konflik mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan transaksi dikarenakan kondisi geopolitik menimbulkan resesi, yang kemudian mendorong konsumen untuk mengalokasikan danannya untuk kebutuhan yang lebih penting. Rusia selaku negara yang merupakan pemasok minyak dan gas bagi Uni Eropa tentu merasakan dampak buruk dari adanya konflik ini dan hal ini kemudian berujung pada menurunnya minat belanja konsumen terhadap produk kerajinan, hal ini tentu berdampak buruk bagi Mitra Bali dan mitra pengrajinnya. Dampak yang dirasakan oleh mitra pengrajin adalah adanya ketidakpastian pesanan yang menuntut perusahaan untuk memutuskan tidak memberikan pesanan kepada mitra pengrajin atau tetap memberikan pesanan kepada pengrajin terlepas pengrajin tersebut bisa atau tidak.

Selain itu dalam penjualan, Mitra Bali mengalami penurunan dalam penjualannya yang mana berdasarkan data penjualan yang disediakan oleh Mitra Bali menunjukan adanya penurunan penjualan dalam periode 2022-Oktober 2023 dan informan memperkirakan adanya penambahan kerugian sampai dengan Desember 2023 menimbang adanya tambahan konflik antara Israel dan Hamas. Pentingnya ekspor bagi penambahan devisa negara tentu perlu tetap dipertahankan agar jumlah eksportir tidak semakin berkurang karena adanya konflik internasional, sehingga penting sekali bagi negara untuk turut aktif mendorong perdamaian dunia untuk memastikan konflik yang ada tidak berlangsung berkepanjangan mengingat dampak negatif yang ditimbulkan dapat merugikan setiap lapisan masyarakat, pemberian kemudahan melalui pengurangan biaya ekspor ataupun pelonggaran kebijakan ekspor melalui diskusi government to government misalnya tentu akan membantu eksportir agar tetap bertahan untuk melakukan ekspor.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Yuki Ichico lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Antumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Antumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu