Siapa yang tidak suka es krim coklat? Dessert dengan cita rasa lezat dan manis yang dapat dinikmati oleh semua kalangan usia. Namun, pernahkah terpikirkan sebelumnya, bahwa di balik setiap scoop es krim coklat ada petani kakao yang bekerja keras, tapi sering kali berada pada kondisi yang tidak adil dan tidak diuntungkan? Produsen kecil seperti petani lokal sering kali mengalami eksploitasi dalam sistem perdagangan konvensional guna memperoleh keuntungan maksimal, sehingga mendorong munculnya gerakan sosial fair trade untuk mengubah dinamika tersebut dan memberikan kesejahteraan bagi produsen melalui pembayaran yang adil hingga kondisi kerja yang layak.
Fair trade dan Ben & Jerry’s merupakan contoh konkret dari wujud kemitraan terhadap kesejahteraan produsen kecil seperti petani kakao. Fair trade dan Ben & Jerry’s telah menjalin kemitraan sejak tahun 2006 untuk mendapatkan komoditas kakao, kopi, pisang, gula dan vanila. Kakao merupakan komoditas terpenting produksi es krim Ben & Jerry’s yang rentan terhadap perubahan iklim dan fluktuasi pasar global, seperti penurunan harga yang menjadi akar masalah bagi kesejahteraan petani berupa kemiskinan ekstrim. Ini mendorong misi kemitraan Fairtrade dan Ben & Jerry’s pada kesejahteraan petani kakao yang dimulai dari petani kakao di Pantai Gading, Afrika Barat.
Komoditas kakao di dunia sebagian besar ditanam di negara-negara berkembang, seperti Pantai Gading, yang perlindungannya terhadap petani kecil masih minim. Rata-rata petani kakao di Pantai Gading terjebak dalam sistem perdagangan global yang tidak adil, dengan pendapatan kurang dari setengah pendapatan yang dibutuhkan untuk kehidupan layak, yakni sekitar $0,78 per hari dari kebutuhan pendapatan layak $2,16 hingga $2,45 per orang dalam sehari. Petani sering kali tidak mampu membiayai kebutuhan sehari-hari bahkan berivestasi pada teknologi dan peralatan yang mampu membantu dalam mengatasi tantangan perubahan iklim, sehingga memaksakan mereka untuk masuk ke dalam siklus kemiskinan.
Kemitraan Fairtrade dan Ben & Jerry’s dalam menciptakan kesejahteraan/kemakmuran petani kakao diwujudkan melalui misi penyediaan pendapatan yang layak bagi para petani kakao di Afrika Barat. Sebagai mitra Fairtrade, Ben & Jerry’s telah membayarkan setidaknya Harga Minimum Fairtrade untuk kakao sebagai harga dasar yang mencakup biaya produksi. Harga Minimum Fairtrade ini merupakan sebuah jaringan pengaman penting yang dapat melindungi petani dari fluktuasi harga pasar, sehingga memastikan petani mampu memperoleh serta mengharapkan penghasilan yang stabil. Selain itu, dukungan Ben & Jerry’s terhadap petani kakao di Pantai Gading, Afrika Barat juga dilakukan melalui Premi Perdagangan Adil sebagai jumlah tambahan atas harga yang telah diinvestasikan secara demokratis oleh perusahaan produsen pada proyek-proyek peningkatan kualitas hidup, seperti pendidikan, kesehatan, sosial, lingkungan, dan ekonomi. Hingga tahun 2020, premi untuk petani yang dihasilkan oleh produk-produk Ben & Jerry’s telah mencapai sekitar 1-2% dari total Premi Perdagangan Adil Global. Pada tahun yang sama, Ben & Jerry’s semakin meningkatkan komitmen terhadap kesejahteraan petani dengan menandatangani keputusan untuk membayar Harga Acuan Pendapatan Hidup Sukarela Fairtrade yang akan membantu mengangkat sebagian besar rumah tangga petani keluar dari kemiskinan ekstrim terlebih apabila dipadukan dengan hasil panen yang lebih tinggi. Berkat Harga Acuan Pendapatan Hidup tersebut, pada tahun 2021 Ben & Jerry’s diproyeksikan akan membayar tambahan sekitar $600.000 untuk 5.000 petani yang memasok kakao mereka.
Skema pembayaran Harga Minimum Fairtrade dan Harga Acuan Pendapatan Hidup Sukarela Fairtrade berdampak cukup penting bagi peningkatan pendapatan rumah tangga petani kakao Pantai Gading. Pada tahun 2021, melalui survei pendapatan rumah tangga, diungkapkan bahwa petani kakao di Pantai Gading telah mengalami peningkatan pendapatan hingga 85%, yakni dari pendapatan rata-rata per tahun sebesar $2.670 pada tahun 2016/2017 naik menjadi $4.937 di tahun 2020/2021. Peningkatan pendapatan tersebut turut mendorong sebagian besar petani kakao Pantai Gading keluar dari kemiskinan ekstrim, dengan jumlah 61% petani hidup di atas garis kemiskinan ekstrim dari jumlah sebelumnya yakni 42%.
Ikuti tulisan menarik 010_Kadek Inggrid Kristina Maharani lainnya di sini.
