x

Sampek Engtay

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

3 hari lalu

Sampek Engtay - Adaptasi Cerita Tiongkok dalam Konteks Indonesia

Naskah Drama Sampek Engtay karya Nano Riantiarno adalah adaptasi cerita Tiongkok kedalam konteks Indonesia di masa Orde Baru.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Sampek Engtay

Penulis: N. Riantiarno

Tahun Terbit: 1999

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Pustaka Jaya

Tebal: xx + 148

ISBN: 979-419-250-3

 

Salah satu genre fiksi bertema Tionghoa adalah dalam bentuk saduran karya-karya klasik Tiongkok. Karya seperti Sun Go Kong, Legenda Ular Putih dan Sampek Engtay adalah contohnya. Saduran ini tentu bukan sekadar terjemahan. Tetapi menyadur karya klaisk Tiongkok untuk disesuaikan dengan lingkungan Indonesia.  

”Sampek Engtay” karya Nano Riantiarno adalah naskah drama yang merupakan saduran dari kisah klasik Tiongkok. N. Riantiarno mengakui bahwa karya ini adalah sebuah saduran dari salah satu buah pena, karya lama yang sudah menjadi legenda, hasil lamunan seorang pujangga yang tak mau disebut namanya (hal. 8). Ia memilih menggunakan latar tempat cerita di sekitar Batavia, sehingga menamai karyanya sebagai Sampek Engtay dari Betawi.

Karena memakai latar tempat sekitar Betawi, maka Sampek disebut sebagai pemuda asal Pandeglang. Engtay gadis yang lahir di Serang, Banten. Sedangkan Macun, tunangan Engtay adalah pemuda kaya dari Rangkasbitung. Sekolah dimana Sampek dan Engtay menimba ilmu disebut sebagai ”Sekolah Putra Bangsa” yang berada di Glodok.  

Naskah drama ini terdiri dari 27 babak ditambah pembuka dan penutup. Naskah drama didisain untuk pertujnjukan di panggung teater. Kita semua tahu bahwa N. Riantiarno adalah seorang pegiat teater yang bergiat di Teater Koma.

Inti dari drama ini adalah mau menunjukkan bahwa di jaman Tiongkok Kuno, emansipasi perempuan sudah terjadi. Bahkan perempuan sudah berani menabrak tradisi, yaitu pergi sekolah. Namun pada akhirnya emansipasi ini tidak membawa hasil karena harus kalah dari tradisi. Engtay yang sudah susah payah bersekolah, harus tunduk kepada keputusan keluarga untuk menikah dengan pemuda yang dijodohkan untuknya. Engtay tidak mencintai Macun. Namun Engtay tetap harus tunduk dengan tradisi.

  1. Riantiarno hampir tidak menyimpang dari kisah asli Sampek Engtay. Kisahnya dimulai dari keinginan Engtay, seorang gadis, anak tunggal dari Tuan Ciok yang ingin sekali sekolah. Dengan berbagai upaya Engtay akhirnya bisa sekolah ke kota. Ia menyamar sebagai pemuda supaya bisa bersekolah dengan aman.

Dalam perjalanan menuju sekolah, ia bertemu dengan Sampek, seorang pemuda yang juga akan berangkat ke sekolah yang sama. Di asrama, mereka tinggal di satu kamar. Sampek yang lugu dan fokus belajar tidak menyadari bahwa Engtay adalah seorang gadis. Setelah satu tahun bersekolah bersama dan tinggal di kamar yang sama, Sampek baru tahu bahwa Engtay adalah seorang perempuan. Mereka jatuh cinta.

Sayang sekali saat mereka sudah membuat janti sehiudp-semati, Engtay dijemput oleh keluarganya karena akan dinikahkan dengan Macun. Sampek yang salah mengerti dengan pesan Engtay, terlambat datang melamar. Akhirnya Sampek gagal melamar Engtay. Sampek sakit dan akhirnya meninggal.

Di hari pernikahan, Engtay minta supaya ia bisa berhenti dan berkunjung ke makam Sampek. Kejadian dramatis terjadi di kubur Sampek. Engtay terserap masuk ke dalam kubur Sampek. Saat kubur tersebut digali, tidak ditemukan jasad keduanya, melainkan dua kupu-kupu kuning yang disertai banyak kupu-kupu keluar dari makam Sampek. Kisahnya sangat mirip dengan kisah aslinya bukan?

 

Jika ada penyimpangan pun secara terbuka N. Riantiarno menyebutkannya dalam naskahnya. Misalnya tentang pengiriman surat Sampek kepada Engtay yang di cerita asli dikirimkan melalui burung, dalam drama ini diganti dengan surat yang dikirim oleh Sukiu, pembantu Sampek.

Perbedaan lain dari naskah ini dengan naskah aslinya adalah warna dramanya. Jika kisah aslinya adalah kisah yang penuh kesedihan, namun karya N. Riantiarno ini sidisain penuh canda tawa.

Naskah Sampek Engtay pernah beberapa kali dipentaskan. Namun pernah juga pementasan Sampek Engtay dilarang. Alasan Pemerintah Orde Baru melarang pementasan Sampek Engtay adalah karena ada penampilan barongsay, sementara tanggal pementasan di Sumatra Utara bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional (Kumparan, 30 Desember 2020).

Apakah benar bahwa pelarangan pentas hanya karena ada pertunjukan barongsay di drama tersebut? Atau karena pertunjukan Sampek Engtay memberi kritik sosial kepada Rejim Orde Baru? Misalnya tentang pemilihan latar tempat yaitu Banten? Saya mencoba mencari tahu melalui google, namun tak mendapat banyak penjelasan selain apa yang diungkap oleh Kumparan tersebut. Memang pelarangan karya tulis dan pertunjukan di masa Orde Baru penuh dengan misteri. 845

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Antumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Selasa, 2 Juli 2024 19:30 WIB

Terkini

Terpopuler

Antumbra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Selasa, 2 Juli 2024 19:30 WIB